Sabtu, 12 Februari 2011

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Deviden Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktor



BAB 1
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG

Salah satu fungsi dari manajemen keuangan adalah mengambil kebijakan deviden (defiden policy). Dimana kebijakan deviden ini mencangkup keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. ( Halim 2007, hal . 96 ).
Masalah dalam kebijakan deviden mempunyai dampak terhadap investor maupun perusahaan. Para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mendapatkan return baik dalam bentuk dividen yeald maupun capital gain. Sementara perusahaan membutuhkan sumber dana dari dalam untuk meningkatkan dan mengharapkan adanya pertumbuhan untuk melangsungkan kebutuhan hidupnya dan sekaligus memberikan kesejahteraan kepada para pemegang saham.
Brigham dan Gapenski (1999) menyatakan bahwa setiap perubahan dalam kebijaksanaan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan. Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan cadangan akan terabaikan. Sebaliknya bila laba akan ditahan semua maka kepentingan pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan, manajer keuangan harus menempuh kebijakan dividen yang optimal. Teori kebijakan dividen yang optimal diartikan sebagai rasio pembayaran dividen yang ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan menginvestasikan dana serta berbagai preferensi yang dimiliki para investor mengenai dividen daripada capital gain (Husnan, 1998). Kebijakan dividen tersebut dipandang untuk menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Pertumbuhan emiten secara terus menerus adalah diperlukan agar dapat hidup dan memberi kemakmuran yang lebih tinggi kepada pemilik saham. Untuk tumbuh, perusahaan memerlukan dana yang lebih besar untuk mendanai perluasan investasinya. Dana tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber internal dapat berupa depresiasi dan laba ditahan. Sumber eksternal dapat berupa pinjaman dari bank lain atau lembaga keuangan lainnya, menjual obligasi atau menjual saham baru. Apabila perusahaan mengandalkan pendanaan investasi dengan menggunakan laba ditahan maka dividen yang dibagikan akan berkurang. Sebaliknya bila perusahaan menggunakan sumber eksternal maka ada kecenderungan membagikan dividen yang lebih besar.
Bagi para pemegang saham yang tidak menyukai resiko akan memasyarakatkan bahwa semakin tinggi resiko suatu emiten semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai imbalan. Dividen yang ada saat ini mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima dimasa mendatang. Dengan demikian pemegang saham yang takut resiko akan lebih menyukai menerima dividen daripada capital gain.
Berdasarkan Bursa Efek Jakarta ( Indonesian Capital Market Directory,1999-2003 ), pada periode tahun 1999-2003 hanya sedikit perusahaan manufaktur yang membagikan deviden secara stabil selama empat tahun berturut-turut. Dari total 154 perusahaan hanya 17 perusahaan yang mampu memberikan deviden selam 5 tahun berturut-turut. Disamping itu,besaran deviden payout yang dibagikan juga relatif fluktuatif, dimana hal ini sangat menarik mengingat tujuan utama perusahaan adalah untuk kesejahteraan bagi para pemilik dan pemegang sahamnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain dikemukakan oleh Bambang Riyanto (1995) bahwa kebijakan dividen itu dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan emiten dan pengawasan terhadap emiten. Sedangkan Hasan dan Puji Astuti (1994) menyebutkan faktor operating cost flow, tingkat laba, kesempatan investasi, biaya transaksi dan pajak perorangan. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan pembayaran dividen yang lebih tinggi dan beberapa faktor berpengaruh sebaliknya. Oleh karena itu penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio perlu dilakukan yaitu menguji konstruksi pengaruh faktor profitabilitas, kas, potensi pertumbuhan, dan ukuran perusahaan dan kepemilikan minoritas terhadap dividen payout ratio.
Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan kebijakan deviden yang pernah dilakukan di Indonesia, antara lain adalah penelitian yang dilakukan Efendri (1993), yang berjudul “Faktor-faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Kebijakan Deviden Oleh Perusahaan- Perusahaan Go Publik Di Indonesia”. Dalam penelitian tersebut digunakan kuesioner untuk mengetahui persepsi manajemen tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan pembagian deviden kas. Penelitian yang menggunakan 84 sampel ini menghasilkan kesimpulan bahwa faktor peningkatan dan penurunan laba termasuk faktor yang sangat penting yang dipertimbangkan manajemen dalam kebijakan pembagian deviden kas.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Ramli (1994), yang berjudul “Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini digunakan 63 sampel perusahaan dari tahun 1992 sampai 1994. Pengujian dilakukan dengan regresi berganda dengan dua variabel independen, yaitu: earning per share (EPS) dan debt equity ratio (DER), sementara untuk variabel dependennya digunakan dividend per share. Hasil secara keseluruhan menyebutkan bahwa besarnya tingkat keuntungan (EPS) berpengaruh positif terhadap besarnya deviden, dan besarnya tingkat hutang berpengaruh negatif terhadap besarnya deviden. Dari pengujian tersebut diperoleh hasil hanya variabel EPS saja yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden.
Penelitian lain yang juga meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Hapsari (2005). Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 335 perusahaan yang eksis di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 – 2003. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ROI, Current Ratio dan Cash Position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan DER dan ROA tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
Dan pada penelitian kali ini mencoba meneliti beberapa faktor-faktor yang  memepengaruhi kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang telah go publik. Yaitu menguji hubungan arus kas, profitabilitas, growt ( pertumbuhan perusahaan ) dan size ( ukuran perusahaan ) terhadap devident payout rasio(DPR).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengaruh  Arus kas terhadap Deviden Payout Ratio?
2.      Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Deviden Payout Ratio?
3.      Bagaimana pengaruh Growt terhadap  Deviden Payout Ratio.
4.      Bagainama pengaruh Size ( Ukuran Perusahaan ) terhadap Deviden Payout Ratio?




1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis variabel yang berpengaruh terhadap dividend payout ratio dengan:
1. Menganalisis pengaruh Arus kas terhadap Deviden Payout Ratio
2. Menganalisis pengaruh Profitabilitas terhadap Deviden Payout Ratio
3. Menganalisis pengaruh Growth ( pertumbuhan perusahaan ) terhadap Deviden Payout Ratio.
4. Menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Deviden Payout
b. Kegunaan Penelitian             
penelitian ini bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan terutama investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Secara terperinci kegunaan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Bagi Investor
Membantu para calon investor dalam mengambil keputusan khususnya dalam menginvestasikan dana yang menguntungkan di pasar modal.
2. Bagi manajemen perusahaan
Merupakan pertimbangan dalam kebijakan pemberian deviden

3. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman praktek dalam mengembangkan penelitian mengenai pengaruh dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur.




BAB II
DASAR TEORI DAN METODELOGI
2.1 Landasan Teori

1.      Pengertian Deviden
Deviden adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki. Deviden akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi deviden tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan deviden.
Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan dari pembagian deviden, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham.

2.      Teori kebijakan deviden
Brigham (1989), menyatakan bahwa dalam kebijakan deviden terdapat 3 teori :
a.      Deviden irrelevance theory, Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak merupakan pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen (dividends irrelevance theory) ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (2001). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan. Keon et. al (2000) menyatakan bahwa pada teori ketidakrelevanan dividen, tak ada hubungan antara kebijakan dividen dan nilai saham. Satu kebijakan dividen sama bagusnya dengan lainnya. Secara agregat investor hanya mementingkan pengembalian total keputusan investasi, tak peduli apakah pengembalian berasal dari perolehan modal atau pendapatan dividen.

b.      Teori Bird in The Hand
Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital gain” nanti. Tarif pajak untuk “capital gain” memang sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset. Teori ini dianut oleh Myron Bordon dan John Lintner (Husnan, 1993).
c.       Tax preference theory
Suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap deviden dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan :
a)      Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang  kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.
b). Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya  nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
c). Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali  tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal.
Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
·                Jika manajemen percaya bahwa deviden irrelevence theori dari modigliani dan Miller ( M-M) itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya deviden yang harus dibagikan.
·                Jika perusahaan menganut Bird In The Hand Theory, maka perusahaan harus membagi selurus EAT ( Earning After Tax ), dalam bentuk deviden.
·                Sedangkan jika perusahaan lebih cenderung  mempercayai Tax Preference Theory , maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan.




3.      Alternatif Pembayaran  Deviden

Perusahaan harus memutuskan berapa besarnya keuntungan yang ditahan dan berapa besarnya yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Keputusan ini penting karena menyangkut tanggung jawab terhadap pemegang saham yang telah menanamkan dananya dan juga terhadap pertumbuhan perusahaan. Ada tiga macam alternatif pembayaran dividen:
a. Divident pay out yang konstan.
Divident pay out yang konstan merupakan penetapan pembagian rasio yang tetap terhadap keuntungan yang didapat perusahaan. Berapapun keuntungan yang diperoleh persentase keuntungan yang dibagikan selalu sama. Sebagai akibat maka jumlah uang yang dibayarkan akan berbeda tergantung pada keuntungan yang diperoleh.
b. Jumlah yang stabil.
Kebijakan ini akan menyebabkan perusahaan membayarkan jumlah yang tetap untuk beberapa periode. Pembayaran ini akan dinaikan apabila perusahaan merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat dipertahankan untuk periode selanjutnya. Perusahaan juga tidak akan melakukan penurunan dividen sampai benar-benar terbukti bahwa perusahaan tidak sanggup lagi membayarkan.
c. Jumlah yang kecil ditambah dividen ekstra.
Perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil dan apabila ada keuntungan yang melonjak maka pada akhir periode perusahaan menambahkan dividen extra. Tujuan manajemen melakukan hal ini adalah untuk menghindari konotasi dividen permanen.


4.    Deviden Payout Ratio
Deviden merupakan hak pemegang saham ( common stock) , untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan dalam bentuk deviden semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama. Namun pembagian deviden untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan dari pembagian deviden pemegang saham biasa.

Dividend payout ratio adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash dividend”. Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividend per share dengan earning per share pada periode yang bersangkutan Di dalam komponen dividend per share terkandung unsur dividen, sehingga jika semakin besar. dividend yang dibagikan maka semakin besar pula dividend payout rationya. Pembagian dividen yang besar bukanya tidak diinginkan oleh investor, tetapi jika dividend payout ratio lebih besar dari 25% dikuatirkan akan terjadi kesulitan likuiditas keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
Banyak perusahaan berusaha untuk mempertahankan dividend payout ratio, pendapatan yang diinginkan untuk suatu periode yang panjang, artinya terdapat target dividend payout ratio untuk jangka panjang atau mempertahankan pendapatan. Hasilnya, dividen biasanya dipertahankan pada jumlah konstan dan dinaikkan hanya jika manajer yakin bahwa relatif mudah untuk mempertahankan kenaikan pembayaran tersebut di masa depan.
Yang dimaksud dengan dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki (Baridwan, 1992). Biasanya dividen dibagikan dengan internal waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya. Menurut Brigham dan Houstan (2001) dividen biasanya dibagikan setiap triwulan, jika situasi mendukung, maka dividen dapat dinaikkan sekali setiap tahun. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :
a. Dividen Kas (Cash Dividends)
Dividen yang paling umum dibagikan dalam bentuk kas, yang perlu diperhatikan adalah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen.
b. Dividen Aktiva Saham Kas (Property Dividends)
Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga, perusahaan lain yang dimiliki, barang dagangan atau aktiva lain.
c. Dividen Utang (Scrip Dividends)
Dividen utang (scrip dividends) timbul apabila saldo laba tidak dibagi mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup, sehingga perusahaan akan mengeluarkan scrip dividens yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.

d.Deviden likuiditas
Dividen likuiditas adalah dividen yang sebagian besar merupakan pengembalian modal. Biasanya modal yang dikembalikan adalah sebesar deflasi yang diperhitungkan untuk periode tersebut.
e. Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut. Pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.
Dalam pembayaran dividen oleh emiten, maka emitan selalu akan mengumumkan secara resmi jadwal pelaksanaan pembayaran deviden. Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut :
·         Tanggal Pengumuman (Declaration Date)
Yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian divisi.
·         Tanggal Cum Dividen (Cum Dividend Date)
Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.
·         Tanggal Pencatatan Dalam Daftar Pemegang Saham (Date of Record)
Tanggal dimana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik atau emiten sehingga ia mempunyai hak yang diperuntukkan bagi pemegang saham.
·         Tanggal ex. Dividen (Ex. Dividend Date) Tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, jangka waktunya adalah 4 hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.
·         Tanggal Pembayaran (Payment Date)
Tanggal dimana pemegang saham dapat mengambil dividen sesuai dengan dividen yang diumumkan oleh emiten.


5 . Arus Kas
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Kas yang dimaksud terdiri dari saldo kas dan rekening giro. Dengan demikian laporan arus kas merupakan catatan yang melaporkan sumber- sumber utama penerimaan kas perusahaan serta penggunaan (pengeluaran) utama pembayaran kasnya untuk satu periode. Laporan arus kas harus disusun perusahaan sesuai persyaratan dalam pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan setiap dalam pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan utama (revenue producing activities). Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, melunasi kewajiban dan untuk membagikan deviden kepada para investor.

6.Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after tax dengan Total assets. profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan profit untuk setiap assets yang ditanam.

7.Growth
Growth menunjukan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktifitas operasional perusahaan.theory free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NVP positif. Manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang labih baik dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan (Charitou dan Vafeas ,1998 ) menurut teori residual devidend, perusahaan akan membayar devidennya jika hanya tidak memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan dan pembayaran deviden.

8.Size
Size adalah simbol ukuran perusahaan. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal merupakan fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki ratio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.

9.Hubungan Arus Kas Terhadap Deviden Payout Ratio.
CP adalah cash position atau posisi kas yang merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after tax. Bagi emiten yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapatdikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan deviden. Deviden merupakan cash out flow dengan demikian makin kuatnya posisi kas perusahaan akan makin besar kemampuannya untuk membayar deviden.
Arus kas adalah pergerakan ataupun aliran kas atau yang setara dengan kas, baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar dari suatu perusahaan dan mencakup transaksi kas yang dimasukan dalam penentuan laba bersih (Manurung, 1998). Laporan arus kas dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan emiten dalam mendapatkan laba dan likuiditas dimasa yang akan datang. Laporan aruskas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu emiten pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi pembiayaan dan investasi.
PSAK No. 2 menyatakan bahwa tujuan arus kas adalah memberikan informasi tentang arus kas suatu emiten berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan emiten untuk menggunakan arus kas tersebut. Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa arus kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Ha1 : Arus kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.

10.Hubungan Profitabilitas Terhadap Deviden Payout Ratio.
Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after tax dengan Total Assets. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Faktor ini juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan deviden. Deviden adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban - kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempenengaruhi deviden payout ratio. Perusahaan yang semakin besarkeuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden. Dengan kata lain semakin besar keuntungannya yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar deviden.
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang berkepentingan dengan.
laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka, laba historis untuk membantu meramalkan keadaan sebagai pengukuran keberhasilan serta pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.
Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan antara lain, sebagai berikut :
1) Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan  dalam tingkat kembalian.
2) Pengukur prestasi manajemen
3) Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4) Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara
5) Dasar kompensasi dan pembagian bonus
6) Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
7) Dasar kenaikan kemakmuran
8) Dasar pembagian dividen
Salah satu konsep perilaku adalah kemampuan ramal. Laba bersih selama periode berguna untuk meramalkan laba operasi perusahaan yang akan datang, jika faktor-faktor lainnya ikut dipertimbangkan para investor mungkin tertarik dalam meramalkan laba atau dividen.
Fisher dan Bedford (Anis Chairiri dan Imam Ghozali, 2001) menyatakan bahwa pada dasarnya ada 3 konsep laba yang umumdibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Konsep laba tersebut ialah :
1) Pysical Income, yang menunjukkan konsumsi barang atau jasa yang dapat memenuhi kepuasan dan keinginan individu.
2) Real Time, yang menunjukkan kenaikkan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan oleh kenaikan cost of living.
3) Money Income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber ekonomi yang digunakan untuk konsumsi dengan biaya hidup (cost of living)

Laba terutama dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : harga jual produk, biaya dan volume penjualan. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain (Mulyadi, 1993:223).
Pembayaran dividen sangat bergantung pada laba yang diperoleh perusahaan. Dividen dibayarkan kepada para pemegang saham atas daar laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan kata lain, dividen hanya dapat dibayarkan kepada para pemegang saham jika perusahaan memperoleh laba pada tahun yang bersangkutan. Kepemilikan saham minoritas baru dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen jika perusahaan tersebut memperoleh laba. Dengan demikian, pengaruh dari kepemilikan saham minoritas sangat. bergantung dengan perolehan laba perusahaan. Sutrisno (2000) menyatakan bahwa laba dan kepemilikan saham merupakan determinan dividend payout ratio, namun hasil penelitiannya menemukan bahwa laba dan kepemilikan saham yang diuji secara terpisah (bukan interaksi) dengan menggunakan structural equation modeling menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Kepemilikan saham dapat mempengaurhi kebijakan pembayaran dividend kontinjen terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karen aitu, interaksi antara laba yang dilaporkan dan kepemilikan saham minoritas akan mempengaruhi dividend payout ratio.
Namun hasil penelitian Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio .

Ha2 : Profitabilitas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio


11.Hubungan growth terhadap deviden payout.
Growth menunjukan pertumbuhan asset, perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NVP positif. sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan dan pembayaran deviden.

H3 : growth mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap Deviden Payout Ratio

12. Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Deviden Payout Ratio.

Size perusahaan didefinisikan sebagai total aktiva perusahaan dan dioperasionalisasi sebagai logaritma total aktiva (LnTA). Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan bebar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Gugler dan Yurtogul (2001) menemukan bahwa dividend payout ratio dipengaruhi secara negatif oleh size perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan cenderung mengurangi pembagian dividenya. Kemungkinan hal ini disebabkan karena pada perusahaan besar, manajemen mampu memanfaatkan cash flow untuk kepentingan pribadi karena pemegang saham tidak mampu mengendalikan perilaku manajemen. Selain itu juga Size adalah symbol ukuran perusahaan Proxy ini dapat ditemukan melalui log natural dari total assets (Ln TA) tiap tahun. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran deviden yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.Ukuran perusahaan diwakili oleh Log Natural (LN) dari total assets tiap tahun. Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Ha4 : Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh positif yang sinifikan terhadap Deviden Payout Ratio.


2.2         Review Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan kebijakan deviden yang pernah dilakukan di Indonesia, antara lain adalah penelitian yang dilakukan Efendri (1993), yang berjudul “Faktor-faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Kebijakan Deviden Oleh Perusahaan- Perusahaan Go Publik Di Indonesia”. Dalam penelitian tersebut digunakan kuesioner untuk mengetahui persepsi manajemen tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan pembagian deviden kas. Penelitian yang menggunakan 84 sampel ini menghasilkan kesimpulan bahwa faktor peningkatan dan penurunan laba termasuk faktor yang sangat penting yang dipertimbangkan manajemen dalam kebijakan pembagian deviden kas.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Ramli (1994), yang berjudul “Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini digunakan 63 sampel perusahaan dari tahun 1992 sampai 1994. Pengujian dilakukan dengan regresi berganda dengan dua variabel independen, yaitu: earning per share (EPS) dan debt equity ratio (DER), sementara untuk variabel dependennya digunakan dividend per share. Hasil secara keseluruhan menyebutkan bahwa besarnya tingkat keuntungan (EPS) berpengaruh positif terhadap besarnya deviden, dan besarnya tingkat hutang berpengaruh negatif terhadap besarnya deviden. Dari pengujian tersebut diperoleh hasil hanya variabel EPS saja yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden.
Penelitian lain yang juga meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Hapsari (2005). Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 335 perusahaan yang eksis di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 – 2003. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ROI, Current Ratio dan Cash Position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan DER dan ROA tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.

2.3         Kerangka Konsep

Dari faktor-faktor yang  memepengaruhi kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang telah go publik yang telah dibahas sebelumnya. Yaitu menguji hubungan arus kas, profitabilitas, growt ( pertumbuhan perusahaan ) dan size ( ukuran perusahaan ) terhadap devident payout rasio(DPR). Dimana telah diketahui hubungan arus kas, profitabilitas, dan size memiliki hubungan yang positif terhadap deviden payout ratio sedangkan growth memiliki hubungan yang negatif, berangkat dari hal tersebut maka bentuk kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:



 




+
+
-
+






2.4       Hipotesis

1. Arus kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
2. Profitabilitas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
3. Growth mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
4. Size mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.














BAB III
METODE PENELITIAN


3.1       Populasi dan Sampel
Populasi didalam penelitian ini, yaitu perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia 2008-2010 . Pemilihan sampel di lakukan dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan peneliti adalah:
1. Aktif melakukan perdagangan periode 2008-2010
2. Perusahaan yang mengeluarkan kebijakan pembagian deviden.
3. Sampel yang digunakan memiliki data lengkap.

3.2       Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan perusahaan manufaktur, jumlah perusahaan manufaktur dan laporan kegiatan perdagangan saham. Sumber data tersebut diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory dan JSX Statistik yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia, serta sumber-sumber terkait.
3.3       Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka yaitu telaah pustaka yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan materi penelitian. Studi dokumentasi dilakukan di Pojok BEI UNDIP dan Pojok BEI Unika. Data-data yang diperlukan yaitu cash position, return on assets, debt to equity dan dividend payout ratio merupakan komponen laporan keuangan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.4       Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dan difenisikan secara opersional sebagai berikut :
1. Arus Kas (Cash Position)

Arus kas adalah cash position atau posisi kas yang merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after tax. Bagi emiten yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden.
Deviden merupakan Cash Out Flow dengan demikian makin kuatnya posisi kas perusahaan akan semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Arus kas dihitung berdasarkan perbandingan saldo kas akhir tahun dengan Earning After Tax (Sri Sudarsi 2002) sebagai berikut :
CP = Kas Akhir Tahun  .........................( 1)
                 EAT
Dimana :
CP : Cash Position
EAT : Earning After Tax
2.         Profitabilitas
Profitabilitas mencerminkan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan Assets perusahaan yang merupakan perbandingan antara Earning After Tax dengan Total Assets. Profiatabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh emiten pada saat menjalankan operasinya. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar keuntungannya yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden Profitabilitas diwakili oleh ROA yaitu tingkat keuntungan setelah pajak dibagi dengan total assets (Sri Sudars, 2002)
ROA=  EAT  .......................(2)
              TA
Dimana :
ROA : Return On Assets
EAT : Earning After Tax
TA : Total Assets

3. Growth
Variabel ini diperoleh dengan menghitung rata-rata tingkat pertumbuhan asset, yaitu dengan membagi total asset tahun sekarang dikurang dengan total asset tahun sebelumnya terhadap total asset tahun sebelumnya.


Growth =  Total asset (t) – Total asset ( t- 1)   .................................(3)
                                    Total asset (t)


4.  Ukuran Perusahaan
Size adalah symbol ukuran perusahaan. Proxy ini dapat ditentukan melalui log natural dari total assets (Ln TA) tiap tahun. Kemudahan aksebilitas kepasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan emiten untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan emiten tersebut memiliki ratio pembayaran deviden yang lebih tinggi dari pada emiten kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh Log Natural (LN) dari total assets tiap tahun (Sri Sudarsi, 2002).

3.5  Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Asumsi Klasik
Regresi terpenuhi apabila penaksir kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) dari koefisien regresi adalah linier, tak biasa dan mempunyai varians minimum, ringkasnya penaksir tersebut adalah Best Linier Unbiased Estimator (BLUE), maka perlu dilakukan uji (pemeriksaan) terhadap gejala multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas. Sehingga asumsi klasik penaksir kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) tersebut terpenuhi.
Oleh karena itu, uji asumsi klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
Uji normalitas data bertujuan untuk memperoleh data yang berdistribusi normal. Alat uji normalitas data menggunakan one-sample kolmogorovsmirnov. Data dikatakan normal jika variabel yang dianalisis memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 5% (Santoso, 2001).
Namun demikian dengan hanya melihat histogram hal ini bisa menyesatkan khususnya untuk jumlah sample yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. (Imam Ghozali, 2001)

b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabelvariabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2001). Multikolinieritas terjadi jika terdapat hubungan linier antara variabel independen yang dilibatkan dalam model. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai toleran dan variance inflation (VIF) (Ghozali, 2001). Nilai VIF sama dengan 1/toleran. Adapun nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai toleran 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10. Sehingga data yang tidak terkena multikolinieritas nilai toleransinya harus lebih dari 0,10 atau nilai VIF-nya kurang dari 10 (Ghozali, 2001) .
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-l (sebelumnya).
Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji DW). Dengan ketentuan sebagai berikut (Algifari, 1997 ) :
Kurang dari 1,10 = Ada autokorelasi
1,10 s/d 1,54 = Tanpa kesimpulan
1,55 s/d 2,46 = Tidak ada autokorelasi
2,46 s/d 2,90 = Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,91 = Ada autokorelasi


d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak heteroskedastisitas.
Cara mendeteksinya adalah dengan melihat grafik scatterplot.pada output yang dihasilkan Jika titik-titik membentuk suatu pola 57
tertentu, maka hal ini mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas, tetapi apabila titik-titik pada grafik scatterplot menyebar di atas dan di bawah angka 0, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadinya heteroskedastisitas.

3.6  Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini analisis regresi dilakukan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel independen (Arus Kas, Profitabilitas, Potensi Pertumbuhan Emiten, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Minoritas) dengan variabel dependen (Deviden Payout Ratio). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan model sebagai berikut :
    
                    DPR = α +β1 CP +β 2 PR +β 3 GP +β 4 Size + e
Dimana :
DPR :   Deviden Payout Ratio yang diukur melalui perbandingan deviden perlembar saham dengan earning perlembar saham.
CP :      Posisi kas yang merupakan ratio kas akhir tahun dengan, earning after tax.
PR :     Profitability yaitu ukuran return on assets yang merupakan perbandingan antara earning tax dengan total assets.
GP :     Potensi Pertumbuhan perusahaan ratio selisih total assets pada tahun t dengan total t-1 terhadap total assets pada t-1.
Size :   Ukuran perusahaan yang ditentukan melalui log naturaldari total assets (Ln TA) tiap tahun.
e     :   Error






3.7  Pengujian Signifikansi Parameter Individual

Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah secara individu variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan dan dengan alfa (a) 5%. Pengujiannya dilakukan sebagai berikut :
a. Bila alfa () < 5% maka variabel bebas secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
b. Bila alfa () > 5% maka variabel bebas secara individu berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel tidak bebas.

3.8       Pengujian Signifikansi Parameter Simultan
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas dan alfa () 5% pengujian dilakukan sebagai berikut :
a. Bila alfa (a) < 5% maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
b. Bila alfa (a) > 5% maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel tidak bebas.

3.9       Pengujian Koefsien Determinasi (R2)
Pengujian Koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan sampai seberapa jauh variabel-variabel bebas (independen) yang digunakan dalam persamaan regresi mampu menjelaskan terhadap variabel (dependen). Dari penelitian ini R2 menunjukan bahwa variabel independen kemungkinan dapat menjelaskan bahwa perubahan naik turunnya variabel dependen, dan merupakan pengaruh dari variabel independen diluar variabel yang dipakai dalam model regresi yang turut berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan Deviden Payout Ratio (DPR).

Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan. Koefisien determinasi (r2) adalah presentasi nilai Y (variabel dependen) yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Dalam konteks regresi, koefisien determinasi (r) merupakan ukuran yang lebih bermakna dibandingkan koefisien korelasi (r), karena koefisien determinasi mampu memberikan informasi mengenai variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh model regresi yang digunakan. Sedangkan koefisien korelasi hanya merupakan ukuran mengenai derajat (keeratan) hubungan (degree ofas.sociation) antara dua variabel.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2007 . Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia
Hatta Atika Jauhari. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan deviden: investigasi pengaruh Teori stakeholder. Databes On-Line

Murhadi. Werner..Studi Kebijakan Deviden: Anteseden dan Dampaknya  Terhadap Harga Saham .” Jurnal manajemen dan kewirausahaan”, vol.10, no. 1, maret 2008: 1-17. Database Online : Google Sholar Tgl Akses 18 Des 2010.

Adhiputra Rizal. 2010. Faktor – faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia. Skripsi yang dipublikasikan

Nugroho. Setya. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Tesia yang dipublikasikan